Minggu, 19 Juni 2011

UAS PKG

UAS
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU
Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru yang dibina oleh Drs.Ara Hidayat.M.Pd

Description: Logo UIN Bandung Warna.jpg


Oleh :
MOH. WILDAN RAHMAT B Y
208 204 126
PENDIDIKAN KIMIA B


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
Nama                                      : MOH. WILDAN RAHMAT B Y
NIM                                         : 208 204 126
Mata Kuliah                          : Pengembangan Kepribadian Guru
Dosen                                     : Ara Hidayat,Drs,M.Pd
Semester/Kelas                     : VI / B


SOAL !!
1.       Jelaskan secara Komprehensif, Mengapa Mata Kuliah Kepribadian Guru (Mata Kuliah Inovatif) perlu dipelajari oleh Semua Mahasiswa Program Studi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan !
2.      Buatlah resensi hasil diskusi yang anda lakukan, meliputi: Topik bahasan, pertanyaan peserta , temuan dan solusi pembahasan.
3.      Jelaskan Pendapat dan Kritik Saudara, Mengapa Visualisasi Kepribadian, secara sederhana dapat ditelusuri melalui : Namanya, Tempat kelahiranya, Masa kecilnya, Nasabnya, Pekerjaannya, Lingkungan tempat tinggalnya, dan Agamanya.
4.     Jelaskan,dan berikan contoh perbedaan pengembangan Kepribadian menurut Al-Ghazali dengan teori Kepribadian  barat yang dikembangkan  Carl G,Jung / Erich Fromm.
5.      Jelaskan Pemahaman Saudara Tentang Urgensi Kompetensi Personal, Profesional, Sosial, Intelektual dan Spiritual.
6.     Apakah yang dimaksud dengan: Tipologi, dan jelaskan macam-macam tipologi yang anda ketahui, berikut sifat dan potensi yang dimilikinya.
7.      Jelaskan apakah yang dimaksud dengan :
a.     Etika, Etos, dan Kode Etik Guru.
b.     Character, Temperament, Trait, Habit, dan Attitude.
c.      Family educator, Social developer, Social motivator, dan Social innovator.
JAWABAN !!
1.                  Jelaskan secara Komprehensif, Mengapa Mata Kuliah Kepribadian Guru (Mata Kuliah Inovatif) perlu dipelajari oleh Semua Mahasiswa Program Studi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan !
Sampai kapanpun guru merupakan sebuah sebutan bagi seseorang yang memberikan suatu ilmu kepada anak muridnya, nampaknya kutipan tersebut menjadi sebuah esensi yang melekat dari kata “guru”. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan klasik karena sampai detik ini berbagai pandangan terhadap guru semakin berkembang.
            Untuk menjadi seorang guru sekitar tahun 1970-1980’an menjadi suatu pekerjaan yang langka. Hal ini disebabkan sebagian besar pandangan publik menganggap bahwa menjadi seorang guru adalah suatu hal yang hanya bisa dicapai oleh orang-orang yang pintar, pandangan tersebut memang dianggap sempit. Dampaknya pada era itu pekerjaan guru tidak menjadi pekerjaan yang cukup favorit. Jumlah guru di setiap sekolah pun terbatas.
            Namun ada suatu hal yang unik pada citra guru saat itu, guru dihormati oleh lapisan masyarakat. Hingga pada era 1990’an guru perlahan-lahan mulai mendapat banyak peminatnya. Hal ini disebabkan adanya faktor eksternal dan faktor internal terhadap pergeseran pandangan masyarakat. Faktor ekonomi akibat dampak krisis moneter di Indonesia mengakibatkan sulitnya orang mendapatkan pekerjaan. Sedangkan peluang untuk menjadi seorang guru terbuka lebar karena kuntitas guru di seluruh Indonesi tidak tersebar secara merata. Banyak pelosok-pelosok negeri ini yang masih membutuhkan kinerja seorang guru. Bahkan akhir-akhir ini pemerintah menegaskan bahwa guru bukan hanya sebagai pekerjaan tetapi merupakan sebuah profesi, dan untuk meningkatkan dedikasi terhadap peran seorang guru pemerintah meningkatkan anggaran gaji pokok guru dan berbagai tunjangannya, hal ini menambah motivasi orang untuk menjadi seorang guru.
            Seiring dengan peningkatan kuantitas calon guru tentunya kualitas seorang guru harus meningkat secara integral. Guru modern saat ini dituntut memiliki berbagai lifeskill yang mumpuni agar mendapatkan predikat sebagai guru profesional. Pendidikan di tingkat perguruan tinggi menjadi solusi yang komprehensif untuk menjawabnya. Sebagaimana diterapkan oleh berbagai perguruan tinggi bertitel mahasiswa pendidikan dan nantinya diplot sebagai calon guru perlu adanya suatu mata kuliah yang dapat membentuk seorang guru profesional.
            Mata kuliah pengembangan kepribadian guru menjadi suatu mata kuliah yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa. Seorang mahasiswa yang masih belum terbentuk kepribadian positifnya akan diberikan berbagai materi tentang teori kepribadian dengan tujuan mereka dapat menarik hal positif dari referensi yang mereka pelajari. Menjadi seorang guru profesional diperlukan kepribadian yang mumpuni, tidak mungkin seorang guru memiliki sifat temperamen yang tinggi ataupun terlalu memanjakan muridnya. Seorang guru harus menjadi seorang yang berwibawa dan berkharisma tentunya hal itu tidak dapat diperoleh hanya dengan pengalaman saja pendidikan pun perlu dilakukan. Jika seorang guru yang sudah profesional dengan kepribadian yang baik maka siswa pun akan merasa nyaman dengan guru tersebut

2.                Buatlah resensi hasil diskusi yang anda lakukan, meliputi: Topik bahasan, pertanyaan peserta , temuan dan solusi pembahasan.
Etika, Etos dan Kode Etik Guru
Pembahasan :
®    Etika Kerja
Etika adalah suatu displin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia dan perbuatan bermoral. Dalam dunia kerja etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja dari para pekerja. Etika kerja biasanya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung perkerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber nilai moral tersebut diatas. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut sebagai kode etik.
®    Etos Kerja
Kata ”Etos” bersumber dari pengertian yang sama dari etika, yaitu sumber-sumber nilai yang dijadikan rujukan pemilihan dan keputusan prilaku (Surya dkk, 2000 : 4,57). Etos kerja lebih merujuk kepada kualitas kepribadian pekerja yang tercermin dalam unjuk kerja secara utuh. Etos kerja lebih merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan prilaku pekerja kearah terwujudnya kualitas kerja tertentu. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung beberapa unsur antara lain :
o  Disiplin kerja
o  Sikap terhadap perkerjaan.
o  Kebiasaan-kebiasaan berkerja.
o  Loyalitas Kerja
Loyalitas kerja merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dan pekerja untuk mengikuti pihak yang mempekerjakannya. Bagi guru, loyalitas kerja itu diarahkan kepada dunia pendidikan sesuai dengan sistem pendidikan nasional. Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, pendidikan nasional menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengembangkan dan melaksanakannya.
®    Kode Etik
Secara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berprilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu).
Dalam konteks “Profesi Keguruan” makna kode etik dapat dirumuskan sebagai berikut. Kode etik adalah ketentuan-ketentuan moral yang digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas profesi.
Pertanyaan :
                    i.               Apakah etika seorang guru disetiap daerah berbeda-beda?apakah ada hubungannya dengan budaya?
Jawab : sebagaimana pengertian dari etika itu sendiri yang berarti suatu displin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia dan perbuatan bermoral. Sedangkan kode etik adalah ketentuan-ketentuan moral yang digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas profesi.
                 Dari pengertian keduanya kita dapat mengetahui bahwa suatu etika disetiap daerah berbeda-beda sesuai dengan tatanan kesopanan yang berlaku didaerah tersebut. Dan tentunya budaya sangat berperan penting dalam hal itu
                   ii.               Apa perbedaan antara etika dan kode etik??
Jawab : etika adalah suatu displin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia dan perbuatan bermoral. Sedangkan kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
                 Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, kita dapat mengetahui secara jelas perbedaan antara etika dan kode etik etikan hanya berupa filosofi sedangkan dengan kode etik yaitu berupa pedoman yang pasti dan telah ditentukan. Pelanggaran kode etik dapat mendapatkan sangsi karena itu merupan aturan dan pedoman yang harus dan wajib dilakukan dalam menjalani suatu profesi.
3.                  Jelaskan Pendapat dan Kritik Saudara, Mengapa Visualisasi Kepribadian, secara sederhana dapat ditelusuri melalui : Namanya, Tempat kelahiranya, Masa kecilnya, Nasabnya, Pekerjaannya, Lingkungan tempat tinggalnya, dan Agamanya.
Menurut penapat saya visualisasi kepribadian dapat dilihat melalui nama, tempat lahir, masa kecilnya, lingkungan, dan agamanya karena semua hal itu merupakan beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang. Sebagian besar kepribadian yang dimiliki oleh seseorang merupakan cetakan dan bentukan dari lingkunganya. Misalnya kepribadian yang ditanamkan orangtua nya. Walaupun tidak sepenuhnya semua ranah tersebut berpengaruh tapi hal tersebut merupakan pembentuk kepribadian paling kuat.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian :
1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda. Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas rentang atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.
2. Faktor lingkungan
Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat mempengaruhi kepribadian.
3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian dan nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak dapat dirubah.

  1. Jelaskan,dan berikan contoh perbedaan pengembangan Kepribadian menurut Al-Ghazali dengan teori Kepribadian  barat yang dikembangkan  Carl G,Jung / Erich Fromm.

§  Struktur Kepribadian Ghazali (Gh):
a.       nafsu (impuls primitif) ,
b.      akal (realistik rasionalistik) dan
c.       kalbu (spiritual)

§  2. Fromm (Fr): Lima struktur kebutuhan jiwa yaitu :
a.       relasi,
b.      transendensi,
c.       keberakaran,
d.      identitas,
e.       orientasi.

Landasan Teoritis Gh: Konsep teosentris berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah melalui metode tasawuf Fh: Konsep yang antroposentris dengan penekanan pada faktor kebudayaan dan perubahan sosial Fromm mengedepankan aspek kemanusiaan, sedangkan Al-Ghazali disamping aspek kemanusiaan juga peran Tuhan.
Tujuan Gh: Membentuk individu yang memiliki konsistensi iman, islam, ibadah dan mu’amalah untuk mendapat ridla Allah Fr: Menciptakan komunitas masyarakat sehat Fromm berorientasi humanistik sosial, sedangkan Al-Ghazali humanistik spiritual.
Hereditas Gh: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian Fr: Faktor keturunan sebagai salah satu penentu kepribadian Berpandangan sama mengenai peranan faktor hereditas.
Keunikan Gh: Konsep kepribadian Muthmainnah Fr: Konsep kepribadian yang antroposentris, humanis, dan sosialis Kalbu sebagai struktur tertinggi yang mampu mengendalikan semua sistem kepribadian.
Lingkungan psikologis Gh: Keluarga dan interaksi sosial Fr: Kebudayaan dan perubahan sosial Sama-sama memandang adanya pengaruh lingkungan terhadap kepribadian.
Kompleksitas mekanisme Gh: Mekanisme sistem kalbu, akal, dan nafsu Fr: Mekanisme sistem kebutuhan jiwa Fromm menekankan aspek kebutuhan psikologis, Al-Ghazali mengedepankan komponen psikis.
Kepribadian ideal Gh: Kepribadian Muthmainah yang mengantarkan manusia pada eksistensi sebenarnya sebagai hamba Allah Fr: Kepribadian yang memiliki orientasi produktif yang mampu memenuhi kebutuhan jiwanya Perbedaan yang menonjol adalah pada ada tidaknya aspek spiritualitas dalam kepribadian.
5.                       Jelaskan Pemahaman Saudara Tentang Urgensi Kompetensi Personal, Profesional, Sosial, Intelektual dan Spiritual.
Kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya (2003:138)
Personal dan Intelektual
Personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi :
®  pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama,
®  pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
®  pengetahuan tentang inti demokrasi.
®   pengetahuan tentang estetika.
®   memiliki apresiasi dan kesadaran social.
®   memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,
®  setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.
kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.
Profesional,
 kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapatAsian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan profesional mencakup (1) penguasaan pelajaran yang terkini  atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi)  yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan
Sosial dan Spiritual
kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.

6.                  Apakah yang dimaksud dengan: Tipologi, dan jelaskan macam-macam tipologi yang anda ketahui, berikut sifat dan potensi yang dimilikinya.
Tipologi kepribadian berdasarkan dari Hipocrates dan Galenus yang didasarkan pada banyaknya cairan-cairan dalam tubuh individu. tipologi tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Kholeris
Memiliki sifat dasar yang selalu optimis serta memiliki pola pikir untuk mencapai cita-cita yang tinggi. emosi yang dimilikinya yaitu : tidak tenang, mudah marah, lekas bereaksi negatif, hatinya mudah terbakar, selalu enerjik serta selalu fanatik. orang yang memiliki kepribadian kholeris selalu ingin berprestasi tinggi, mau menang sendiri serta memiliki sifat egoismenya kuat. orang kholeris kurang toleran, kurang kepercayaan kepada orang lain, dan selalu gelisah bila tidak berkuasa.
b.      Melankolis
Sifat-sifat khasnya yaitu selalu pesimistis, mudah kecewa, murung (muram) selalu merasa tertekan, kurang bergairah serta cengeng dan rendah diri
c.       Pleghmatis
Sifat dasarnya yaitu : selalu tenang. sifat perasaanya : tidak pernah tegang, dingin (kurang kepedulian), selalu sabar dan tidak pernah lekas panik, tidak mudah dipengaruhi (berprinsip) serta tidak mudah tersinggung. orang-orang pleghmatis memiliki sifat sosial sebagai berikut : tingkat penyesuaian sosialnya agak lambat, selalu berhati-hati (berusaha untuk tidak ceroboh), suka bekerja dan memiliki semangat yang stabil, selalu menetapi janji, dan selalu bersikap jujur.
d.      Sanguinis
saifat perasaanya yaitu selalu periang namun selalu berganti haluan. sifat perasaannya yaitu : peka, mudah terseret arus, tidak takut resiko (selalu berusaha mengambil kesempatan yang ada). memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, mudah puas atas segala sesuatu yang telah dilakukan walaupun berbeda pendapat dengan orang lain. orang dengan tipe sanguinis cepat bereaksi terhadap sesuatu tetapi mudah luntur, kurang teratur dalam melaksanakan seuatu, kurang teliti serta cepat menyesuaikan diri.
7.                  Jelaskan apakah yang dimaksud dengan :
a)      Etika, Etos, dan Kode Etik Guru.
b)      Character, Temperament, Trait, Habit, dan Attitude.
c)      Family educator, Social developer, Social motivator, dan Social innovator.

a.      Etika,
Etika adalah suatu displin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia dan perbuatan bermoral. Dalam dunia kerja etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja dari para pekerja. Etika kerja biasanya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung perkerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber nilai moral tersebut diatas. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut sebagai kode etik.

Etos,
Etos kerja merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang dalam mengmban tugas sebagai guru IPA, yaitu membangun suasana ilmiah, dan membangun makna melalui interaksi sosial dan personal, memberi kesempatan siswa menginternalisasi cara IPA diperoleh, substansi ilmu pengetahuan alam, dan penerapan dalam kehiduan sehari-hari

Kode Etik Guru.
Kod etika adalah aturan-aturan yang disepakati bersama oleh ahli-ahli yang mengamalkan kerjaya tertentu seperti guaman, keguruan, pengubatan dan sebagainya.

b.      Character, Temperament, Trait, Habit, dan Attitude.
Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai sinonim kata personality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai di dalam teori kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara lain:
o   Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative)
o   Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara ekspilit maupun implisit.
o   Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
o   Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.
o   Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap kelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
o   Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimulasi yang lebih terbatas.
o   Habit (kebiasaan): respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula

c.       Family educator, Social developer, Social motivator, dan Social innovator.
o   Peran Guru Sebagai Family Educator
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.


o   Peran Guru Sebagan Social Developer
Peranan guru sebagai pengembang dan pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
o   Peran Guru Sebagai Social Motivator
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
o   Peran Guru Sebagai Social Innovator
 Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.



Proposal PENERAPAN METODE THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF PADA KONSEP ZAT ADITIF MAKANAN

PROPOSAL
PENERAPAN METODE  THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF PADA  KONSEP ZAT ADITIF MAKANAN
Pada  penelitian kelas terhadap siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Banjarwangi




Disusun  oleh:
Moh. Wildan Rahmat B Y
208204126




PROGRAM STUDI  PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTASTARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSANPENDIDIKAN  KIMIA
UNIVERSITAS ISLAM  NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011

PENERAPAN METODE THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF PADA  KONSEP ZAT ADITIF MAKANAN

I.         Latar Belakang Masalah
            Pendidikan  dapat diartikan sebagai sebuah  proses dengan metode-metode tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara  bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2004: 10).
            Mengacu pada system pendidikan  nasional (undang-undang No. 20 tahun2003), dinyatakan bahwa pendidikan  adalah  usaha sadar dan terencana untuk  mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar  peserta didik secara  aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta  keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (Sanjaya, 2006).
            Dengan adanya pendidikan, kita dapat belajar. menurut Gage (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu  organism berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
            Menurut sudjana (2008: 28), belajar bukan menghafal dan bukan menghafal dan   bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorag. Perubahan sebagai suatu proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk  seperti berubah pengetahuannya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya  reaksinya, daya penerimaanya dan lain–lain pada individu.
            Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mencoba memunculkan segala kompetensi yang dimilki oelh siswa seperti aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Dengan system ini siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. 
            Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi ini dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Lewat kimia kita mengenal komposisi zat dan penggunaan bahan-bahan tak bersenyawa,baik alamiah maupun buatan dan mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri. Perspektif kimiawi dapat dikembangkan lewat pengamatan eksperimen kita sendiri.
            Kimia merupakan mata pelajaran yang sulit bagisebagian besar siswa karena dapat bersifat abstrak (Carr, 1984: 97). Penelitian telah menunjukan bahwa siswa menemukan dalam memahami konsep-konsep dalam topic kimia (Grnett dan Kackling, 1995).
            Seperti halnya pada materi zat aditif makanan. Pada konsep ini siswa dituntut untuk menguasai berbagai konsep, diantaran ya konsep tentang  bahan  pewarna, bahan pemanis, bahan penagwet, bahan penyedap, antioksidan dan penambahan nitrisi, sringkali siswa mengalami kesulitan dalam konsep-konsep tersebut dikarenakan konsep-konsepnya meluas ada dalam kehidupan.
            Secara garis besar, berfikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Sesuai dengan pendapat Nickerson (1985) yang mengemukakan  bahwa  keterampilan berfikir selalu berkembang dan dapat dipelajari.
            Proses berfikir kompleks dikenal sebagai proses berfikir tingkat tinggi. Costa (1985) berpendapat  bahwa proses berfikir kompleks meliputi empat kelompok, yakni pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berfikir kritis dan berfikir kreatif.
            Menurut Ernis (2003: 23) keterampilan berfikir kritis adalah keterampilan berfikir yang lebih ditekankan pada kecakapan siswa melalui tahapan yang terdiri dari lima indicator umum.
            Roseseau (dalam Ibrahim & Sukmadinata, 1993: 10) menyatakan bahwa siswa memiliki potensi atau kemampuan yang terpendam, antara lain berupa potensi berfikir, berkemauan, berperasaan, mencari dan menemukan fasilitas belajar yang menarik sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya. Maka dari itu guru harus mengkaji keterampilan berfikir kritis siswa. Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk  berperan aktif seperti  bertanya, menjawab  pertanyaan, memecahkan masalah, dan lain-lain. Dalam hal ini seorang pendidik berperan sebagai pembimbing, motivator, fasilitator. Sehingga pendidik harus menggunakan metode pembelajaran yang cocok pada setiap pembelajaran.
            Salah satu strategi yang digunakan untuk mengatasi kesulitan siswa adalah metode THINK-TALK-WRITE (TTW) yang merupakan segala bentuk belajar yang langsung mengahadapkan siswa dengan sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan yang bertalian  dengan itu. Jadi bukan dengan cara konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran pada siswa, tetapi setiap komponen yang dapat memberikan informasi seperti perpustakaan, kebun, dan guru bukan merupakan sember belajar satu-satunya.

II.                Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah datlam penelitian ini adalah “ Apakah implementasi metode pembelajaran THINK-TALK-WRITE (TTW) dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa pada konsep zat aditif makanan”
Rumusan masalah diatas dapat diperinci sebagai berikut :
1.         Bagaimana proses pembelajaran menggun akan metode THINK-TALK-WRITE pada konsep zat aditif makanan untuk meningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Banjarwangi?
2.         Bagaimana hasil belajar siswa terhadap peningkatan keterampilan berfikir kreatif melalui THINK-TALK-WRITE pada konsep zat aditif makanan di kelas VIII SMP Negeri 1 Banjarwangi?
3.         Bagaimana tahapan siswa terhadap peningkatan keterampilan berfikir kreatif melalui THINK-TALK-WRITE pada konsep zat aditif makanan di kelas VIII SMP  Negeri 1 Banjarwangi?
III.        Tujuan Penelitian
            Secara umum, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.         Memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode THINK-TALK-WRITE pada konsep zat aditif makanan dalam meningkatkan  keterampilan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP 1 Banjarwangi
2.         Memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa terhadap peningkatan keterampian berfikir kreatif melalui THINK-TALK-WRITE pada konsep zat aditif makanan.
3.         Mengetahui tanggapan siswa terhadap peningkatan keterampilan berfikir kreatif melalui THINK-TALK-WRITE pada konsep zat aditif makanan.
IV.             Manfaat Penelitian
            Manfaat penelitian ini adalah:
1.        Sebagai bahan masukan bagi para guru kimia dalam menggunakan metode pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan berfikir siswa.
2.        Penggunaan THINK-TALK-WRITE dapat membantu mengembangkan keterampilan berfikir kreatif siswa dan memotivasi agar dapat meningkatkan proses pembelajaran secara aktif.
3.         Sebagai  bahan rujukan yang bergua bagi penelitian-penelitian lainnya yang bersangkutan dengan judul ini.


V.                Kerangka Berfikir
Berdasarkan KTSP yang mempunyai ciri utama bahwa pembelajaran berpusat pada siswa, maka siswa merupakan unsur utama dalam pembelajaran dan harus berperan aktif dalam meningkatkan keterampilan berfikir, salah satunya adalah keterampian berfikir kreatif. Banyak faktor penunjang proses belajar mengajar ini salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran.
                        Pada materi-materi kimia selalu dihadapkan dengan kehidupan seperti halnya zat aditif makanan.
                        Maka dari itu penulis membuat penelitian dengan cara menerapkan metode yang dirasa cocok dengan permasalahan tersebut yaitu metode THINK-TALK-WRITE (TTW).
                        Secara garis besar, THINK-TALK-WRITE (TTW) merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses belajar-mengajar melalui tiga tahapan yaitu :
1.      Think, merupakan proses berfikir yang dimulai dari penemuan informasi baik dari luar maupun dari diri siswa sendiri, pengolahan, penyimpanan dan pemanggilan kembali informasidari ingatan siswa.
2.      Talk, yaitu berkomunikasi dengan kata-kata yang mereka pahami.
3.      Write, menuliskan dan mengktruksi ide setelah berdiskusi dan berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan.
VI.             Definisi Operasional
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan agar tujuan tercapai secara optimal (Wina, 2007).
THINK-TALK-WRITE (TTW) merupakan metode yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (1996 : 82), pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan THINK-TALK-WRITE dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya setelah menulis.
Keterampilan berfikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi hal-hal yang sudah ada sehingga menghasilkan suatu gagasan atau karya yang baru.
Zat aditif makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanandalam jumlah kecil dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor, dan memperpanjang daya simpan.
VII.          Kajian Teoritik
A.      Metode Pembelajaran THINK-TALK-WRITE (TTW)
 Metode yang diperkenalkan oleh Huinker & Laughlin (1996 : 82), ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan THINK-TALK-WRITE dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 4-6 siswa.
a)    Think (Berfikir)
Proses berfikir merupakan proses yang dimulai dari penemuan informasi (dari luar atau diri sendiri), pengolahan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dari ingatan siswa (Marpaung, dalam Budiarto dan Hartono, 2002 : 481). Dengan demikian dapat dikatakan, pada prinsipnya proses berfikir meliputi tiga langkah pokok yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat dan penarikan kesimpulan.
Makna dan proses berfikir dapat ditinjau dari dua sisi pandangan yang berbeda yakni panndangan filsafat dan psikologi. Para ahli filsafat memandang bahwa otak manusia (mind) sebagai tempat muncul serta tumbuh alasan-alasan dan nalar. Bidang filsafat memberikan penekanan lebih besar pada studi tentang berfikir kritis (critical thinking) melalui analisis terhadap argumen serta aplikasi logik. Sementara ahli psikologi lebih memfokuskan pengajiannya mengenai berfikir pada aspek mekanismenya (mechanism of mind). Lebih khusus lagi, ahli psikologi kognitif cenderung memberi penekanan pada berfikir kreatif yaitu bagaimana ide-ide yang merupakan proses berfikir dihasilkan oleh otak manusia (Suryadi, 2005 : 17).
Menurut Marzano, dkk, (dalam Marzuki, 2006) bahwa berfikir yang dilakukan manusia meliputi lima dimensi yaitu :
a.       Metakognisi, merupakan kesadaran seseorang tentang proses berfikirnya pada saat melakukan tugas tertentu dan kemudian menggunakan kesadaran tersebut untuk mengontrol apa yang dilakukan.
b.      Berfikir kritis dan kreatif, merupakan dua komponen yang sangat mendasar. Berfikir kritis merupakan prosess penggunaan kemampuan berfikir secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini serta dilakukan. Sedangkan berfikir kreatif merupakan kemampuan bersifat spontan, terjadi karena adanya arahan yang bersifat internal dan keberadaannya tidak dapat diprediksi.
c.       Proses berfikir, memiliki delapan komponen utama yaitu pembentukan konsep, pembentukan prinsip, pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, penelitian, penyusunan dan berwacana secara oral.
d.      Kemampuan berfikir utama, juga memiliki delapan komponen yaitu : memfokuskan, kemampuan mendapatkan informasi, kemampuan mengingat, kemampuan menganalisa, kemampuan mengorganisasikan, kemampuan menganalisa, kemampuan menghasilkan, kemampuan mengintegrasi, serta kemampuan mengevaluasi.
e.       Berfikir matematik tingkat tinggi, pada hakekatnya merupakan non-prosedural yang antara lain mencakup hal-hal berikut :, kemampuan menggunakan fakta-fakta, kemampuan berfikir dan bernalar secara fleksibel, serta menetapkan suatu pemecahan masalah bersifat logis.
Pada tahap Think siswa membaca teks berupa permasalahan-permasalahan. Dalam tahap ini sisea secara individual memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasannya sendiri.
Menurut Weiderhold (dalam Ansari, 2003) membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu belajar rutin membuat catatan setelah membaca, akan merangsang aktivitas berfikir sebelum, selama dan sesudah membaca sehingga dapat mempertinggi pengetahuan dan dapat kemampuan berfikir dan menulis.
Aktivitas berfikir (Think) dapat dilihat dari proses membaca suatu permasalahan, kemudian membuat catatan apa yang telah dibaca. Menurut Narode (dalam Ansari, 2003) dalam metode ini teks bacaan seringkali disertai panduan yang bertujuan untuk mempermudah diskusi dan pengembangan pemahaman konsep kimia siswa.
b)    Talk (Berbicara)
Setelah tahap think selesai dilanjutkan dengan tahap berikutnya “talk” yaitu berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami.
Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, menyusun serta menguji (negosiasi, sharing) ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Dengan adanya sharing ide-ide dalam diskusi kelompok diharapkan muncul koneksi-koneksi antar topik dalam kimia ataupun koneksi dengan bidangstudi lain dan lingkungan.
Dengan demikian fase talk pada strategi ini memungkinkan siswa untuk terampil bicara. Pada umumnya menurut Huinker & Laughlin (1996), berkomunikasi dapat berlangsung secara alami, tetapi menulis tidak. Proses komunikasi dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun dikelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Hal ini mungkin terjadi karena ketika siswa diberi kesempatan berkomunikasi, sekaligus mereka berfikir bagaimana cara mengungkapkannya dalam tulisan. Oleh karena itu keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan siswa mengungkapkan idena melalui tulisan. Selanjutnya berkomunikasi atau berdialog baik antar siwa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman.
c)        Write (Menulis)
Selanjutnya fase “write” yaitu menuliskan hasil diskusi/berdialog pada lembar kerja yang disediakan (Lembar Aktivitas Siswa). Aktivitas menulis berarti mengkontruksi ide, setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam pembelajaran membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari (Shield & Swinson, 1996). Pada fase ini kreativitas siswa sangat diperlukan untuk menuliskan hasil diskusinya. Selain itu Masingila & Wismowska (1996), mengemukakan aktivitas menulis siswa bagi guru dapat membantu :
a.       Kesalahn siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama.
b.      Keterangan nyari dari prestasi siswa.
Aktivitas siswa selama fase ini adalah :
a.       Menulis solusi terhadap masalah/pertanyaan yang diberikan.
b.      Mengorganisasikan semua langkah demi langkah, baik penyelesaiannya ada yang menggunakan grafik, diagram, atau tabel agar mudah dibaca dan ditindak lanjuti
c.       Mengoreksi semua pekerjaan sehingga yakin tidak ada pekerjaan yang ketinggalan
d.      Meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap, mudah dibaca dan terjamin keasliannya.
Adapun peranan dan tugas guru dalam mengefektifkan metode THINK-TALK-WRITE ini sebagaimana dikemukakan Silver & Smith (1996:21) adalah :
a.       Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa untuk berfikir.
b.      Mendengarkan secara hati-hati setiap ide siswa.
c.       Menyuruh siswa mengemukakan ide secara lisan dan tulisan.
d.      Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
e.       Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasi, persoalan-persoalan, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan.
f.       Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.
Langkah-langkah pembelajaran dalam metode THINK-TALK-WRITE adalah sebagai bberikut :
a.       Guru membagikan teks bacaan berupa Lembar Aktivitas Siswa yang memuat permasalahan dan petunjuk pelaksanaan.
b.      Siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan secara individual (think).
c.       Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar
d.      Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan yang didapat dari hasil diskusi (write)
e.       Guru meminta perwakilan dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
f.       Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari permasalahan yang diberikan.
B.     Keterampilan Berfikir Kreatif
Berfikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang apabila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ketika seseorang merumuskan masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan aktivitas berfikir. Menurut Suryadi (dalam Ratnaningsih, 2007) meskipun berfikir merupakan istilah yang sudah populer dimasyarakat serta prosesnya dilakukan setiap orang, akan tetapi istilah tersebut sangat sulit didefinisikan secara operasional.
Fisher (dalam Ratnaningsih, 2007) mengemukakan bahwa berfikir berkaitan erat dengan apa yang terjadi didalam otak manusia dan fakta-fakta yang ada dalam dunia, berfikir mungkin bisa divisualisasika, dan berfikir (manakala diekspresikan) bisa diobservasi dan dikomunikasikan. Sedangkan (dalam Noer, 2007) dikatakan bahwa otak menurut belahannya terdiri dari dua bagian yaitu belahan kiri (left hemisphere) dan belahan kanan (right hemisphere). Belahan otak kiri berkenaan dengan kemampuan berfikir alamiah sedangkan belahan otak kanan berkenaan dengan fungsi-fungsi non linear, non verbal, holistik, humanistik, dan bahkan mistik. Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata merupakan perpaduan antara kedua belahan otak tersebut.
Otak manusia dengan segala potensinya memberikan peluang untuk dimanfaatkan secara maksimum bagi kehidupan dan pendidikan merupakan cara terbaik untuk mengisinya. Meskipun pendidikan bukan merupakan penentu satu-satunya untuk melahirkan orang-orang kreatif, namun pendidikan memiliki peranan yang besar dalam proses tersebut. Melalui pendidikan diharapkan terciptanya generasi yang berguna bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Pengertian berfikir kreatif tidak akan terlepas dari topik kreativitas. Pada awalnya topik kreativitas biasanya dikaitkan dengan sikap seseorang yang dianggap sebagai kreatif. Harus diakui bahwa memang sukar untuk menentukan satu definisi yang operasional dari kretivitas, karena kreativitas merupakan konsep yang majemuk danmulti dimensional.
Menurut Silver (dalam Mina, 2006) ada dua pandangan tentang kreativitas. Pandangan pertama disebut pandangan kretivitas jenius. Menurut pandangan ini tindakan kreatif dipandang sebagai ciri-ciri mental langka yang dihasilkan oleh individu luar biasa berbakat melalui penggunaan proses pemikiran yang luarbiasa, cepat, spontan. Pandangan ini mengatakan bahwa kreativitas tidak akan dipengaruhi oleh pembelajaran dan kejra kreatif lebih merupakan suatu kejadian tiba-tiba daripada suatu proses panjang sampai selesai seperti yang dilakukan dalam sekolah.
Pandangan kedua merupakan pandangan baru kreativitas yang muncul dari penelitian-penelitian terbaru, bertentangan dengan pandangan jenius. Pandangan ini menyatakan bahwaa kreativitas berkaitan dengan pemahaman yang mendalam, fleksibel didalam isi dan sikap, sehingga dapat dikaitkan dengan kerja dalam periode panjang yang disertai perenungan. Jadi kreativitas bukan hanya merupakan gagasan yang cepat dan luar biasa. Menurut pandangan ini kretivitas dapat ditanamkan pada kegiatan pembelajaran dan lingkungan sekitar.
Pandangan lain mengenai kreativitas dikemukakan juga oleh Matlin (dalam Awaludin, 2007)menurutnya terdapat perbedaan pendapat dalam mempelajari kreativitas. Pertama pandangan Guilford yang dikenal dengan pandangan klasiknya yaitu mempelajari kreativitas dengan produk divergen. Kedua, pandangan Stenberg dan Lubart yang dikenal dengan pandangan kontemporer, mempelajari kreativitas dengan menekankn bahwa diperlukan multikomponen dari kreativitas.
Menurut Buzan (2003) kreativitas dahulu dianggap sebagai anugrah ajaib, yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Sekarang kita tahu bahwa kecerdasan merupakan anugrah ajaib yang dimiliki semua orang. Menguraikan kecerdasan kreatif hanyalah masalah memahami bagaimana melakukannya. Sebagai manusia kita harus menyadari bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk mengembangkan apa yang dianugrahkan kepadanya.
Dari beberapa uraian defini diatas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi hal-hal yang sudah ada sehingga menghasilkan suatu gagasan atau karya yang baru.
Adapun yang dimaksud dengan ciri aptitude adalah yang berhubungan dengan kognitif, dan proses berfikir. Sedangkan ciri-ciri non aptitude adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Kedua jenis ciri kreativitas itu diperluukan agar prilaku kreatif dapat terwujud.
Berikut ini ciri-ciri aptitude dan non aptitude yang dikemukakan oleh Williams (dalam Munandar, 1990) :
a)         Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif (aptitude)
1.      Keterampilan berfikir lancar
·      Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan.
·      Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal
·      Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
2.      Keterampilan berfikir luwes (fleksibel)
·      Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi
·      Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda
·      Encari berbagai alternatif atau arah yang berbeda
·      Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran
3.      Keterampilan berfikir orisinil
·      Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik
·      Memikirkan cara yang lazim untuk mengungkapkan diri
·      Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari berbagai bagian atau unsur
4.      Keterampilan memperinci (mengelaborasi)
·      Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
·      Menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik
b)                  Ciri-ciri afektif (non aptitude)
1.      Rasa ingin tahu
·      Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak
·      Mengajukan banyak pertanyaan
·      Selalu memperhatikan orang, objek dan situasi
·      Peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui/meneliti
2.      Sifat imajinatif
·      Mampu memperagakan atau mebayangkan hal-hal yang belum terjadi
·      Menggunakan khayalan tapi mengetahui perbedaan antara khayalan dengan kenyataan
3.      Merasa tertantang oleh kemajemukan
·      Terdorong untuk mengatasi masalah sulit
·      Merasa terttantang oleh situasi-situasi yang rumit
·      Lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit
4.      Sifat berani mengambil resiko
·      Berani memberikan jawban meskipun belum tentu benar
·      Tidak takut gagal atau mendapat kritik
·      Tidak menjadi ragu-ragu atau ketidak jelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau kurang terstruktur
5.      Sifat menghargai
·      Dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup
·      Menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang kurang berkembang
Torrance (dalam Mina, 2006) menggambarkan empat komponen kreativitas yang dapat diases yaitu :
a.       Kelancaran (fluency); kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide
b.      Keluwesan atau fleksibilitas (flexibility); kemampuan menghasilkan ide-ide beragam
c.       Kerincian atau elaborasi (elaboration); kemapuan mengembangkan, membumbui atau mengeluarkan sebuah ide
d.      Orisinalitas (originality); kemampuan untuk menghasilkan ide yang tak biasa diantara kebanyakan atau jarang.

Menurut kvashny (dalam Awaludin, 2007) bahwa variabel kreativitas seperti fluency, elaboration, originality, harus termuat dalam kurikulum. Oleh karena itu guru perlu menyediakan waktu dalam pembelajaran dikelas agar siswa mampu melatih kemampuanberfikir kreatif yang bisa berakibat meningkatnya prestasi belajar siswa.
            Seperti diungkapkan Munandar (1990) bahwa kemampuan kreatif merupakan hasil belajar yang terungkap secara verbal dalam kemapuan berfikir kreatif dan sikap kreatif. Kemampuan berfikir kreatif dapat diartikan sebagai tingakat kesanggupan berfikir anak untuk menemukan sebanyak-banyaknya, seberagam mungkin dan relevan jawaban atas suatu masalah, lentur, asli dan terinci, berdasarkan data dan informasi yang tersedia.
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek yaitu :
a.    Aspek pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungan.
b.    Aspek pendorong
Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.
c.    Aspek proses
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (1988) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi dan akhirnya menyampaikan hasilnya.
d.   Aspek produk
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreatifitas adalah suatu yang baru, orisinil dan bermakna.
            Kreativitas tidak timbul sertamerta tetapi melalui proses. Proses kreatif menurut Porter dan Hernacki (2001) dalam bukunya Quantum Learning mengalir melalui lima tahap, tahap-tahap tersebut sebagai berikut :
1.         Persiapan : mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan
2.         Inkubasi : mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam fikiran
3.         Iliminasi : mendesak kepermukaan, gagasan-gagasan bermunculan
4.        Verifikasi : memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah
5.        Aplikasi : mengambil langkah-langkah untuk menindak lanjuti solusi tersebut
Sedangkan proses kreatif menurut David Cambell urutannya sebagai berikut :
1.      Persiapan (preparation) : meletakan dasar, mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakn dilakukan atas dasar “minat”. Kesuksesan orang-orang besar tercapai dan bertahan, bukan oleh loncatan tiba-tiba, tetapi dengan usaha keras.
2.      Konsentrasi (concentration) : sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap dalam perkara yang dihadapi. Orang-orang kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah dan fikirannya terpusat pada hal yang mereka keerjakan. Tahap konsenttrasi merupakan waktu pemusatan,, waktu menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal, trial dan error.
3.      Inkubasi (inkubation) mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai,. Inkubasi merupakan saat dimana sedikit demi sedikit kita bebaskan dari kerumitan berfikir, kebiasaan bekerja, kelaziman pemakai cara.
4.      Iluminasi : mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kkerja, jawaban baru,. Bagian paling nikmat dalam penciptaan. Ketika segalanya jelas, hubungan kaitan perkara gamblang, dan penerangan untuk pemecahan masalah, jawaban barru tiba-tiba tampak laksana kilat. Reaksi keberhasilan itu biasanya tidak hanya terasa dibatin, tetapi juga diungkapkan keluar secara fisik.
5.      Verifikasi/Produksi : memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan maslaah. Kalau sudah menemukan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja baru, kita harus turun tangan mewujudkannya. Kecakapan kerja merupakan bagian penting dlam kreatif. Betapapun banyak ide, gagasan, ilham, impian bagus-bagus yang ditemukan, jika tidak dapat diwujudkan semuanya akan lenyap bagai embun diterjang sinar matahari.
C.                Zat Aditif Makanan
Zat aditif makanan adlah bahan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, flavour dan memperpanjang daya simpan.
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan konstistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia.
Zat aditif maakanan terbagi menjadi dua, yaitu zat aditif alami dan buatan.
1.                  Bahan Pewarna
Diantara berbagai jenis zat aditif makanan, pewarna termasuk zat aditif yang palingsering digunakan. Makanan yang disediakan dirumah umumnya hanya untuk memberi warna yang menarik pada makanan dan minuman, sehingga merangsang selera makan.
Dalam industri makanan dan minuman, pewarna digunakan untuk tujuan yang lebih luas. Penggunaan pewarna dimaksudkan untuk :
a.       Memberikan warna yang menarik, sehingga merangsang selera makan
b.      Mengembalikan warna asli yang mungkin hilang dalam proses pengolahan makanan
c.       Mempertahankan warna produk
Pewarna ada yang alami, adapula yang diperoleh secara sintesis (buatan). Pewarna alami diperoleh dari tumbuhan atau hewan tertentu. Contohnya yaitu caramel (coklat), daun suji (hijau), dan kunyit (kuning).
            Perwarna alami lebih aman dikonsumsi, tetapi ragamnya terbatas. Selain itu, pewarna alami juga sulit diperoleh dalam jumlah yang besar. Hal itulah yang menyebabakan orang lebih memilih pewarna sintesis.
Pewarna sintesin dapat dibuat oleh pabrik. Ragamnya lebih banyak dan dapat dibuat dalam jumlah besar. Contohnya yaitu tetrazine (kuning), dan indigo carmine (biru). Dalam industri makanan dan minuman, pewarna sintesis digunakan dalam produk sirup, kue, roti dan permen.
Diantara zat aditif makanan, pewarna merupakan vahan yang perlu mendapatkan oerhatian khusus.
2.                  Bahan Pemanis
Pemanis adlah bahan yang dignakan kedalam makanan dan minuman yang berfungsi untuk memberi sumber rasa manis pada makanan atau minuman. Hampir semua makanan dan minuman mempunyai rasa manis.
Pemanis alami yang digunakan sehari-hari adalah guka tebu ataupun gula pasir an gula merah. Gula tebu tergolong karbohidrat dan mempunyai nilai kalori tinggi, gula dicerna didalam tubuh, untuk kemudian diubah menjadi kalori. Kalori yang dersimpan di dalam tubuh sebagai lemak. Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan menyebabkan obesitas (kelebihan berat badan)
Pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajan rasa manis. Beberapa jenis pemanis buatan yang digunaanadalah sakarin, dulsin dan aspartame. Pemanis buatan nilai kalori yang rendah atau tidak mengandung kalori sama sekali.
3.                  Bahan Pengawet
Sebagian besar bahan makanan tidak bisa disimpan lama, karena segera basi atau membusuk. Proses pembusukan disebabkan oleh microorganisme, seperti jamur, bakteri, dan ragi. Untuk memperpanjang daya simpan makanan, dilakukanlah berbagai usaha pengawetan. Pengawetan makanan dilakukan dengan prinsip pembunuhan microorganisme pembusuk atau membuat suatu kondisi tertentu, sehingga microorgannisme tidak dapat berkembang. Seiring dengan waktu dan perkemabangan ilmu pengetahuan, ditentukan pula berbagai cara pengawetan berikut ini :
a.       Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan menjemur atau memanaskan. Pengeringan berarti menghilangkan kadar air dalam makanan. Tanpa air yang cukup, microorganisme tidak dapat hidup dan berkembang biak. Contoh: dendeng dan ikan kering
b.      Pembekuan/pendinginan
Pembekuan menyebabkan air membeku, sehingga microorganisme tidak dapat hidup dan berkembang. Pendinginan juga memperlambat metaboliisme microorganisme pembusuk tersebut. Contoh: daging dan ikan beku.
c.       Pengalengan
Bahan makanan dipanaskan kemudian dikemas rapat didalam kaleng dalam kondisi steril. Kondisi steril tersebut berarti bebas microorganisme. Pengemasan tidak memungkinkan organisme untuk masuk danberkembang. Contoh: berbagai jenis buah kalengan dan susu.
d.      Iradiasi (penyinaran)
Sinar ultraviolet atau gamma (dari zat radio aktif tertentu) dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan microorganisme dalam bahan makanan tanpa merusak bahan makanan tersebut. Contoh: kentang, udang.
e.       Bahan pengawet
Bahan pengawet ditambahkan kedalam makanan dan minuman untuk membunuh atau mencegah perkembangbiakan microorganisme, sehingga makanan dan minuman menjadi lebih tahan lama (awet). Contoh: ikan asi, daging
4.                  Bahan Penyedap
Penyedap merupakan zat aditif yang paling banyak digunakan. Beberapa contoh penyedap yang dangat lazim digunakan antara lain garam, gula, cuka, rempah-rempah, monosodium glutamate (MSG), serta berbagai jenis essens sintesis.
Penggunaan sintesis bertujuan untuk :
a.       Meningkatkan cita rasa makanan
b.      Mengembalikan cita rasa makanan yang mungkin hilang waktu pemrosesan
c.       Memberi cita rasa tertentu pada makanan yang tidak mempunyainya.
5.                  Antioksidan
Antioksidan ditambahkan untuk mencegah ketengikan pada makanan yang mengandung lemak atau minyak.
Ketengikan pada bahan makanan terjadi karena lemak atau minyak mengalami suatu proses yang disebut oksidasi. Proses oksidasi itu berlangsung dengan melibatkan radikal bebas, yaitu spesi kimia yang sangat reaktif. Antiioksidan bertindak menetralkan radikal bebas tersebut. Antioksidan akan mengikat radikal bebas tersebut membentuk suatu radikal yang kurang reaktif. Dengan begitu, proses oksidasi dapat dihambat.
VIII.       Metodologi Penelitian
1.        Prosedur Penelitian
Dalam melakukan peneitian menggunakan metode THINK-TALK-WRITE (TTW) ini disusun alur penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Adapun alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


Analisis kurikulum KTSP kelas VII pada konsep zat aditif makanan
 


Analisis keterampialan berfikir kreatif
                                   
Menentukan dan membuat instrument
Uji  validitas
Uji coba
 





                                                         
Pengumpulan data

Siswa prestasi tinggi
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Think-Talk-Write (TTW)
Siswa prestasi sedang
Siswa prestasi rendah
Analisis data
 









                                            
Temuan penelitian
pembahasan
 





Kesimpulan
                                                                          


2.             Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kelas. Metode ini bertujuan untuk meneliti masalah di kelas, sehingga hasil dan penelitiannya dpat digunakan untuk menyempurnakan atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran. 
3.                  Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Banjarwangi kelas VII. Pemilihan subjek penelitian ini berdasarkan atas rekomendasi dari guru kimia sekolah tersebut dan pembelajaran disekolah ini belum pernah menggunakan metode THINK-TALK-WRITE untuk meningkatkan keterampilan berfikir kreatif pada konsep zat aditif makanan.
4.                  Instrument dan Tekhnik Pengolahan Data
a.       Instrument penelitian yang digunakan diantaranya adalah :
1)        Deskripsi pembelajaran, merupakan rencana pembelajaran pedoman guru unuk mengajar. Deskripsi pembelajaran ini terdiri atas konsep dan uraian konsep, indikator, tahap pembelajaran THINK-TALK-WRITE (TTW), indikator ktrampilan berfikir kreatif, tahapan kegiatan guru dan siswa.
2)        Observasi, dilakukan untuk memperoleh gambaran jelas mengenai proses pembelajaran ddeengan menggunakan metode TTW. Data observasi diperoleh pengamatan langsung dan hasil dokumentasi.
3)        Lembar Kerja Siswa (LKS), disusun berdasarkan metode pembelajaran TTWyang bertujuan mengukur keterampilan berfikir kreatif siswa
4)        Soal tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006;150)
Jenis tes yang diberikan adalah pretes dan postes. Tes ini digunakan untuk mengukur pencapaian ketrampilan berfikir kreatif pada konsep zat aditif makanan dengan diterapkannya metode THINK-TALK-WRITE sebelum dan setelah proses pembelajaran.
5)        Angket, diberikan kepada siswa setelah pembelajaran berakhir. Sikap siswa yang dilihat meliputi sikap terhadap pembelajaran zat aditif makanan, sikap terhadap metode pembelajaran THINK-TALK-WRITE. Dalam perangkat skala sikapsetiap pertanyaan diberikanpilihan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk melihatkecenderungan sikap siswa apakah bersikap positif atau tidak, diberikan penskoran.
5.                  Tekhnik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dalam tiga tahap :
1)        Tahap persiapan, meliputi analisis KTSP, analisis buku kimia SMP kelas VII, membuat dan memvalidasi instrumen penelitian, menyesuaikan jadwal dengan guru mata pelajaran kimiadan melaksanakan uji coba soal. Maksud dari uji coba tersebut untuk menguji indek kesukaran, dan daya pembeda dari tes yang digunakan.Langakah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
·           Indeks kesukaran
Indeks kesukaran suatu butir soal menyatakan derajat kesukaran butir soal, sehingga kemungkinan soal itu tergolong sangat mudah,mudah, sedang, sukar dan yang tidak terlalu sukar, untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut :
IK =
X
SMI

   (Suherman, 2001 ; 190 )

Keterangan : IK = Indeks kesukaran
                      X = rata-rata skor jawaban tiap butir
                      SMI = skor maksimum ideal
          Tolak ukur kesukaran tiap butir soal digunakan klasifikasi seperti pada tabel berikut :

Tabel
Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran
Nilai IK
Interpretasi
IK ≤ 0,00
Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30
Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70
Soal sedang
0,70 < IK ≤ 1,00
Soal mudah
IK = 1,00
Soal sangat mudah

Selanjutnya soal yang memiliki tingkat kesukaran mudah, sedang dan sukar akan diambil sebagai instrumen penelitian.
·           Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan sisiwa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Untukmengukur daya beda tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut :

DP = X­A - XB             (Suherman, 2001;190)
            SMI

keterangan : DP : daya pembeda
               XA : rata-rata skor siswa kelompok atas
               XB : rata-rata skor siswa kelompok bawah
               SMI : skor maksimal ideal
                        Tolak ukur daya pembeda ditentukan klarifikasi seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2 Interpretasi Daya Pembeda
Nilai DP
Interpretasi
DP ≤ 0,00
Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20
Jelek
0,20< DP ≤ 0,40
Cukup
0,40 < DP  ≤ 0,70
Baik
0,70 < DP  ≤ 1,00
Baik sekali

Soal yang memiliki daya pembeda cukup, baik dan baik seklai akan diambil sebagai instrumen penelitian.
2)        Tahap pelaksanaan, waktu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah dua kali pertemuan. Pada saat pertemuan pertama, siswa diberikan langkah-langkah pembelajaran TTW, pertemuan kedua siswa mempresentasikan hasil belajarnya dan diberikan LKS. Pada akhir pertemuan diberikan angker untuk mengetahui kondisi siswa, tanggapan siswa serta kesulitan-kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
3)        Tahap akhir, merupakan tahap pengumpulan data, data tersebut dianalisis, mengelompokan data kedalam kategori-kategori yang akan diteliti selanjutnya diolah secara statistik.
6.                  Teknik Pengolahan Data
Pada penelitian ini, data yang didapatkan berupa data kualitatif dan kuantitatif.
a.       Deskripsi pembelajaran
Deskripsi pemebelajaran digunakan sebagai panduan implementasi pembelajaran yang dapat terlaksana.
b.      Data hasil soal
Data yang diperoleh dari tes pemahaman konsep siswa, untuk menganalisis hasil tes tersebut yaitu testing signifikan. Data ibni diolah dengan tahapan-tahapan berikut :
1)      Mengidentifikasi jawaban yang telah diisi
2)      Memberikan skor pada setiap indikator lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban yang telah disiapkan.
3)      Menjumlahkan skor masing-masing siswa
4)      Merata-ratakan skor tes tertulis
Mean = ∑x  x 100
              N
Keterangan :
Mean = rata-rata
∑x = jumlah skor tertulis
N = jumlah skor total tes tertulis
5)      Menetapkan batas kelompok prestasi
Penetapan batas kelompok dilakukan dengan mengacu pada nilai rata-rata ulangan harian siswa sebelumnya, batas kelompok diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut :
Rumus standar deviasi                              (Arikunto;2007:264)

SD

                                     Keterangan : SD      = standar devisiasi
                                                     = tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah siswa (N)
                     = semua skor dibagi N, lalu dikuadratkan

Ketentuan batas kelompok adalah sebagai berikut :
i.                    Kelompok atas, semua siswa yang mempunyai skor sebanyak rata-rata +1 standar deviasi
ii.                  Kelompok sedang, semua siswa yang mempunyai skor antara -1 standar deviasi dan +1 standar deviasi
iii.                Kelompok rendah, semua siswa yang mempunyai skor -1 standar deviasi dan kurang dari itu
6)      Mengolah data berdasarkan kelompok prestasi
7)      Membuat diagram batang penguasaan konsep siswa pada tiap indikator untuk masing-masing kelompok prestasi
8)      Menafsirkan hasil penelitian yang diperoleh dengan ketentuan sebagai berikut :





Tabel 1.2 predikat pencapaian Nilai Tertulis
No.
Rentang Nilai
Interpretasi
1
80-100
Baik sekali
2
66-79
Baik
3
56-65
Cukup
4
40-55
Kurang
5
30-39
gagal


c.              Format Observasi
Menggambarkan bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1)      Mengidentifikasi lembar observasi  selama proses pembelajaran yang telah diisi
2)      Hasil observasi aktivitas dalam kelompok dihitung dengan menjumlahkan aktivitas yang muncul dan untuk setiap aktivitas tersebut dihitung rata-ratanya. Sedangkan untuk menghitung aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah aktivitas siswa dalam KBM  x 100%
Jumlah seluruh siswa
d.                  Data hasil angket
Menurut Riduwan (2009:13) teknikdalam analisis data angket adalah sebagai berikut :
Tiap item dibagi kedalam lima skala yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, dan 1. Sedangkan pernyataan negative diberi bobot 1, 2, 3, dan 4.
Untuk menghitung hasil angket siswa, maka digunakan rumus berikut :

keterangan :
f= frekuensi alternative jawaban
x= skor skala Likert
n = jumlah sampel
7.      Teknik Analisis Data

8.      Jadwal Penelitian
Kegiatan
Bulan Ke -
I
II
III
IV
V
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.       Proposal




















a. Pembuatan

















b. Pengajuan



















c. Seminar



















2. Instrumen




















a. Pembuatan

















b. Pengajuan



















c. Validasi


















d. Pengesahan



















3.       Implementasi
Penelitian




















4.Pengolahan dan analisis data





















5.Penulisan skripsi




















Bab I


















Bab II


















Bab III



















Bab IV